Sabtu, 28 Januari 2017

TUBUHMU ADALAH MILIK KRISTUS

TUBUHMU ADALAH MILIK KRISTUS
1 Korintus 6:12-20


Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Perikop yang kita bahas ini menarik sekali, karena dimulai dengan satu ayat yang dapat dijadikan dasar etika Kristen. Kalau kita melihat kota Korintus, tata masyarakat kota Korintus sangat terkenal mengikuti filasafat Yunani yang mengakui bahwa tubuh manusia seringkali dinilai rendah. Mereka mengenal satu ungkapan yang mengatakan: “Tubuh manusia adalah penjara jiwa. Karena jiwa itu baik, sedangkan tubuh itu jahat. Karena tubuh itu jahat, maka kita harus berusaha melepaskan jiwa dari tubuh kita ini.” Satu tokoh yang bernama Epictetus, seorang filsuf dari Stoa, yang lahir di masa perbudakan di Hierapolis berkata: “Hal yang terpenting adalah jiwa manusia; tubuh hanya materi yang tidak penting.” Saudara, pandangan filsafat Yunani di atas banyak mempengaruhi kehidupan jemaat Korintus, sehingga mendorong mereka melakukan berbagai penyimpangan seksual, salah satunya adalah kasus incest/ persetubuhan yang terjadi dalam keluarga (1 Korintus 5:1-5).
Terlebih lagi, masyarakat Korintus, terbiasa pergi mengadakan ritual di kuil-kuil berhala Yunani yang menyediakan pelacur bakti. Akibatnya jemaat Korintus pun larut dalam budaya ini dan menyalahkan kebebasan itu menjadi sesuatu yang liar. Mereka pikir hidup bebas di dalam Kristus berarti bebas sebagaimana yang mereka kehendaki sehingga menjadi kebebasan yang sangat mengerikan.
Melihat kondisi yang demikian, Paulus dengan tegas menolak cara berpikir mereka. Ia mengatakan: “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun” (1 Korintus 6:12). Pada bagian ini, Paulus berusaha mengkritik pandangan mereka yang menyangka, bahwa mereka berhak melakukan apa saja yang mereka inginkan. Kita tahu bahwa manusia diciptakan secara indah untuk hidup dan perkembangannya di bumi ini. Namun demikian, ada batasan-batasan tertentu yang diberikan Allah untuk menjamin suatu keberadaan yang lebih lama, yang bahagia, dan berbuah. Akan tetapi sejak kejatuhan manusia dalam dosa (Kejadian 3), manusia cenderung mengambil keputusan pribadi berdasarkan kepuasan dirinya.
Menyadari akan hal ini, Paulus berkata dengan sangat keras: “Jangan sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah, dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita” (1 Korintus 6:9-11).
Saudara, perhatikan pemakaian kata “telah” pada kata-kata kerja dalam 1 Korintus 6:11, semuanya menunjukan bahwa “penyucian, pengudusan dan pembenaran” itu sudah lengkap dikerjakan oleh Allah di dalam Kristus. Jadi, karena semuanya telah dilakukan Allah bagi mereka, maka mereka memiliki kewajiban kepada Allah untuk memakai tubuh mereka bagi pelayanan dan bagi kemuliaan Allah.
Jemaatku yang kekasih,
Kita memang adalah orang-orang yang telah dibebaskan, tetapi ada prinsip berikut yang disampaikan Paulus kepada kita, yaitu bahwa tidak semuanya berguna. Sebab kegemaran pada suatu kebiasaan yang sampai menguasai diri seseorang bukan lagi merupakan sebuah kebebasan, melainkan perbudakan. Ini yang tidak patut terjadi dalam kehidupan Kristen.
Paulus menyatakan bahwa segala sesuatu adalah boleh baginya. Di satu sisi ini benar. Kita bebas melakukan segala sesuatu, sebab setiap orang Kristen adalah orang-orang yang telah dibebaskan Kristus. Orang Kristen adalah orang-orang yang tidak lagi hidup dalam perhambaan. Namun, perhatikan kalimat selanjutnya, “tetapi bukan semuanya berguna.” Hal ini menyatakan bahwa di dalam kebebasan yang telah diberikan Allah kepada kita, ada batasan-batasan yang patut kita mengerti dengan bijaksana. Jangan karena orang Kristen adalah orang percaya yang telah merdeka di dalam kristus, maka kita dapat hidup semaunya. Tidak saudara! Allah memberikan batasan-batasan bagi kita dalam kasih kepada Tuhan dan gereja-Nya.
Spiritual Kristen seharusnya tidak diwarnai dengan semangat mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Esensi iman Kristen bukan sekumpulan larangan. Etika Kristen bukan hanya untuk boleh atau tidak, namun ada pertanyaan yang lebih penting, yaitu apakah segala sesuatu itu berguna atau tidak? Berguna untuk apa atau berguna bagi siapa? Yang pasti, apakah itu berguna untuk membangun saya, membangun orang lain, dan akhirnya membangun jemaat? Dan terlebih penting adalah apakah itu berguna untuk kemuliaan Tuhan! Jika semua itu jawabannya adalah “ya” maka kita dapat melakukannya dengan hati nurani yang bersih dan melalui iman, melakukan semua ini untuk Tuhan. Tetapi jika apa yang kita kerjakan itu tidak berguna, maka mau tidak mau, kita harus berhenti melakukannya. Dalam hal ini, dosa tidak hanya dalam prinsip boleh atau tidak boleh, tetapi juga dimengerti dalam hal berguna dan membangun atau tidak.
Sebab pada dasarnya apa yang tidak berguna justru berpotensi untuk membuat kita kecanduan dan ketagihan. Kesenangan yang pada dasarnya tidak salah, tetapi dapat menjadi salah bahkan berdosa, ketika hal itu mulai menguasai dan mengikat kita.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Ketika saya berhadapan dengan seorang perokok, saya selalunya mengingatkan untuk tidak lagi menjadi perokok. Namun saudara, saudara pastinya bisa menebak jawaban apa yang biasanya mereka sampaikan, khususnya orang Kristen yang merokok: “Alkitab tidak pernah melarang kita untuk merokok, kalau ya coba kamu tunjukkan ayat mana yang mengatakan seseorang tidak boleh merokok?” Mendengar pertanyaan dia, saya jadi berpikir, orang ini sepertinya tidak mengerti esensi dari kekristenan itu sendiri. Mereka tidak sadar bahwa pola berpikir mereka masih dipengaruhi oleh filsafat Yunani yang menghalalkan segala hal tanpa dasar yang jelas. Inilah realitas saudara. Dan realitas selalunya menunjukkan, orang-orang yang tidak mengerti konsep dirinya, lalu bersembunyi dibalik ayat-ayat untuk membenarkan sikapnya.
Kalau kita mau kaitkan hal ini dengan bagian firman Tuhan yang kita renungkan, maka jawabannya sangat mudah! Apakah rokok itu menyehatkan? Apakah di dalam rokok terkandung multivitamin yang mampu menjaga kesehatan tubuhnya, kesehatan orang-orang di sekitarnya? Tidak bukan! Yang ada justru 12 zat racun di dalam setiap batang rokok. Tetapi mengapa kebiasaan merokok begitu sulit ditinggalkan?
Karena para pecandu rokok telah terikat, rokok telah memperbudak dirinya sehingga orang yang kecanduan rokok, sangat sulit membebaskan diri. Padahal ini hanya menyangkut soal gaya hidup. Perlu kita tahu saudara, kegemaran pada suatu kebiasaan yang sampai menguasai diri seseorang bukan lagi merupakan kebebasan, melainkan perbudakan. Para perokok sebenarnya sedang diperbudak oleh rokok yang akan membawanya kepada kerusakan tubuh.
Suatu hari, seorang karyawan bertanya kepada pemilik perusahaan rokok:
Karyawan : maaf bos, mau tanya…
Boss            : Silahkan!
Karyawan : Bos, kan punya pabrik rokok. Tapi kenapa bos, saya lihat ngga pernah merokok? Anak-anak bos tidak ada yang merokok, bahkan saya lihat keluarga besar bos juga tidak ada yang merokok, kenapa bos?
Boss            : Hmmhmmm (bosnya tertawa sinis) pake mata kamu, Nih baca!
Karyawan : Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin.
Boss            : Ngerti? Mau apa kami jadi orang kaya kalau kami penyakitan? Ya kankerlah, ya jantunglah, ya impoten, pikir dong oleh saudara!
Karyawan : Bener juga ya boss, tapi kenapa boss masih bikin rokok?
Boss            : Heh, rokok itu dibuat untuk orang-orang yang ngga bisa baca! ngerti? Jadi kalau ada orang yang masih merokok walaupun ia tahu banyak negatifnya, berarti dia tidak bisa membaca….
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Mari kita perhatikan apa yang diajarkan firman Tuhan bagi kita? Pertama, Paulus ingin memberikan satu pengajaran bahwa tubuh itu berharga di mata Tuhan. Paulus menuliskan: “Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan; tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan dan Tuhan untuk tubuh (1 Korintus 6:13). Satu silogisme yang salah jika menyamakan makanan, perut dan tubuh. Sekalipun ketiganya saling memerlukan, tetapi tubuh tidak sama dengan makanan atau perut, sebab ketiganya yang akan binasa. Dalam ayat 19 Paulus menuliskan, “Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milikmu sendiri?” (1 Korintus 6:19).
Dalam bagian ini, tubuh dikatakan adalah tempat tinggal pribadi Roh Kudus. Tubuh setiap orang percaya adalah merupakan bait Roh Kudus (band. 1 Korintus 3:16). Dalam Bahasa Yunani, ada dua kata yang dipakai untuk menyatakan kata bait, yaitu “heiron” dan “naos”. Heiron menunjuk kepada keseluruhan bangunan bait Allah, sedangkan naos menunjuk kepada ruang Mahakudus dimana Allah hadir dan bertahta di situ.
Ketika Paulus mengatakan tubuh kita adalah bait Roh Kudus, maka kata bait yang dipakai adalah “naos”. Ini berarti bahwa tubuh kita adalah ruang Mahakudus yang di diami oleh Roh Kudus. Kehadiran Roh Kudus dalam tubuh kita menjadi tanda bahwa kita adalah milik Allah. Kita satu Roh dengan Tuhan dan harus mempersembahkan tubuh kita kepada-Nya sebagai korban yang hidup (Roma 12:1-2). Karena tubuh kita adalah milik Allah, maka bagaimana mungkin kita akan menyerahkan tubuh kita untuk pencemaran atau memakai tubuh kita bagi tingkah laku yang melanggar kesusilaan? Bahkan kalau suatu hari tubuh kita akan berhenti berfungsi dan kembali kepada tanah, ingatlah apa yang dikatakan oleh Firman dalam ayat 14, bahwa “Allah, yang membangkitkan Tuhan (Yesus), akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya. (Band. 1 Tesalonika 4:13-18). Dengan demikian betapa berartinya tubuh kita ini.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Berbicara soal makanan, ternyata makanan bukan hanya soal mengisi “kampung tengah,” seperti yang biasa disebut oleh salah satu suku di Indonesia. Tetapi makanan juga menyangkut seni – baik dari cara memasaknya, cara menghidangkannya sampai ke gaya menikmatinya. Tetapi makanan juga bisa masuk kepada gengsi – makanya ada banyak restoran dengan cita rasa tinggi. Semakin maju suatu peradaban, semakin berkembang juga budaya kuliner ini. Kota Koritus tentunya tidak kurang pilihan menyediakan berbagai makanan yang mampu menarik lirikan mata, mengaktifkan kelenjar liur, siap membuat lidah bergoyang dan perut kita berdendang. Yang pasti, rangsangan terhadap makanan juga turut menjadi masalah iman, berkaitan dengan masalah halal atau tidak halal. Sebab, bagaimana kita menempatkan arti makanan dan bagaimana kita membelanjakan uang untuk makanan, adalah ungkapan dari apa yang kita pandang penting dalam hidup ini.
Sejarah pernah mengisahkan beberapa orang yang mati gara-gara makanan, seperti dikisahkan Citra Dewi dalam liputan.com: Pertama, Denis Diderot, ia seorang filsuf Prancis yang hidup di abad ke-18, Denis Diderot dikenal dengan gemar makan dan kadang-kadang terlalu berlebihan. Pada suatu hari di tahun 1784 ketika ia sedang makan dengan isterinya, Diderot mengambil sebuah apricot sebagai makanan penutup. Isterinya yang khawatir akan kesehatan Diderot, menegurnya. Namun Denis malah berkata: “Setan mana menurutmu yang akan melakukannya untukku?” Tidak lama setelah menyantap makanan itu, Diderot pun meninggal dunia.
Yang kedua adalah Adolf Frederick, ia adalah seorang Raja dari Swedia. Ia dikenal sebagai sosok yang gemar makan. Ia meninggal setelah mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar pada tahun 1771, ketika merayakan Mardi Gras. Raja Frederick yang kala itu berusia 60 tahun, memang menyingkirkan hidangan seperti lobster, kaviar, sauerkraut, kippers, dan champagne. Namun ia memutuskan untuk mengkonsumsi hidangan penutup tradisional Swedia, sejenis roti isi krim bernama Semla yang disajikan dalam mangkuk susu sebanyak 14 potong. Tak heran, ia mengalami masalah pencernaan serius dan kemungkinan keracunan makanan yang akhirnya merengut nyawanya.
Sekarang mari kita lihat jawaban Firman Tuhan akan hal ini, dikatakan: “Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah” (1 Korintus 6:13). Maksudnya adalah perut dan makanan merupakan hal-hal yang akan berlalu; akan tiba saatnya keduanya akan lenyap. Tetapi tubuh, kepribadian manusia secara keseluruhannya tidak akan binasa; ia diciptakan untuk bersatu dengan Kristus di dunia ini dan masih tetap bersatu erat sampai selamanya.
Jadi bagaimakah agar kita tercegah dari dosa soal makanan, ada dua prinsip yang harus kita pegang: Pertama, Jangan pernah mau diperhamba oleh makanan. Makanlah makanan secukupnya. Kita harus mampu membatasi diri ketika kita mengkonsumsi makanan. Ingat makanan adalah untuk menunjang hidup, bukan hidup untuk makan! Jadi ketika kita menyadari bahwa kita perlu membatasi diri terhadap makanan yang kita makan, ya jangan dilanggar. Kedua, buatlah prioritas yang benar dalam memilih makanan. Tuhan memberikan kita akal dan pikiran, pastinya di dalamnya Ia ingin kita berhikmat dalam mengelola keuangan khususnya untuk kebutuhan makan.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Kita harus belajar menghargai tubuh kita sebagaimana Tuhan menghargai tubuh kita, bahkan Ia sendiri berkenan tinggal di dalamnya. Sebab demikianlah firman Tuhan berkata: “Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota tubuh Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak!” (1 Korintus 6:15) Ayat ini mau menegaskan kepada kita saudara, bahwa setiap orang percaya memiliki keterikatan dengan Kristus. Ia menjadi milik Kristus. Anggota tubuh Kristus. Jika demikian, akankah kita serahkan apa yang menjadi milik Kristus kepada hal-hal yang najis dan kotor? Pasti tidak bukan!
Yang berikutnya Paulus mengingatkan akan bahaya sebuah percabulan. Perhatikan ayat 13 bagian b, “…tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan dan Tuhan untuk tubuh.” (1 Korintus 6:13). Saudara, di dunia yang serba canggih seperti saat ini, sepertinya tidak ada ruang bagi percabulan dapat disembunyikan. Godaan ini bukan hanya melibatkan orang dewasa, anak-anak muda, anak-anak kecil pun sangat rentan dengan dosa yang satu ini. Saya pernah membaca satu artikel yang diterbitkan oleh keepo.me artikel ini diberi judul yang sangat menarik, “Kalau saja prostitusi dilegalkan di Indonesia, Mungkin 7 hal buruk inilah yang akan kita rasakan. Jangan sampai terjadi deh”. Artikel yang diposting tanggal 21 Januari 2017 oleh Yogi Prandita, ini memberikan 7 pandangan seandainya prostitusi dilegalkan di Indonesia. 1. Pandangan tentang hubungan seks akan mengalami pergeseran, 2. Jumlah PSK pasti semakin banyak, 3. Puluhan tempat prostitusi baru akan bermunculan, 4. Menjadi ladang korupsi baru, 5. Hilangnya harga diri wanita, 6. Penyebaran penyakit makin tinggi, 7. Perdagangan manusia yang tidak terkendali. Di akhir artikelnya ia menyebutkan: “Hal-hal yang disebutin di atas mungkin aja terjadi kalau bener-bener prostitusi itu dilegalkan. Bahkan bangsa kita ini akan cepat hancur terutama pada moralitasnya guys.”
Saudara, memang kita mempunyai keinginan-keinginan tertentu yang normal, yang diberikan oleh Allah pada waktu penciptaan. Tetapi bukan berarti bahwa kita harus menyerahkan diri kepada seks dan selalu memuaskannya. Seks di luar pernikahan selalunya akan merusak, sedangkan seks di dalam pernikahan dapat sangat indah dan membangun. Bagi sebagian orang, seks di luar pernikahan mungkin saja menimbulkan kegembiraan dan kenikmatan, tetapi pengalaman itu tidak akan memperkaya hubungan mereka. Seks di luar pernikahan bagaikan seseorang yang merampok bank; ia memperoleh sesuatu, tetapi bukan kepunyaannya dan pada suatu hari ia harus membayarnya. Sedangkan seks di dalam pernikahan bagaikan seseorang yang menyimpan di bank: ada rasa aman, lega, dan ia akan beruntung.
Orang Kristen seharusnya dapat menguasai diri bukan dikuasai oleh sesuatu yang pada akhirnya mengikat kita. Kita harus dapat menghargai diri kita sendiri. Dan jangan membiarkan diri kita diikat oleh apa pun termasuk keinginan kita sendiri.
Dalam hidup kita di dunia ini, banyak prinsip yang ditawarkan justru bertolak belakang dengan firman Tuhan. Dunia mengajarkan hidup sebagai tuan yang sejati, dalam pengertian sanggup melakukan apa saja yang manusia inginkan. Menghalalkan segala cara. Mereka bekerja untuk mencari kepuasan diri, sehingga mereka berusaha semampu mereka. Banting tulang supaya tercapai tingkat kepuasan.
Dalam hidup rumah tangga pun prinsip ini mereka pakai, mereka menjalani pernikahan demi kepuasan diri. Makanya tidak heran saudara, jika mereka kawin cerai, kawin lagi, sebentar cerai lagi dengan alasan karena sudah tidak ada kecocokan. Pernikahan hanya diukur sebatas cocok atau tidak cocok, yang menunjukkan betapa rendahnya nilai sebuah pernikahan yang seperti ini.
Pertanyaanya adalah, pernahkah daging ini merasa puas? Pernahkah manusia merasa puas dengan apa yang menjadi pencapaiannya? Yang terjadi adalah, ketika keegoisan manusia menguasai hidupnya, maka manusia tidak akan pernah mengalami kepuasan. Ia akan mencari yang lebih lagi, kalua tidak bisa hari ini di dapat, mungkin besok, kalau tidak bisa besok mungkin lusa. Sehingga orang yang terjebak akan hal ini akan berpikir, kalau hari ini saya tidak bisa mendapatkannya, siapa yang akan saya mangsa besok. Ini adalah pikiran yang jahat saudara!
Hal ini bertentangan dengan prinsip firman Tuhan yang mengatakan bahwa justru hidup kita harusnya tidak berada di bawah perhambaan diri sendiri. Alkitab mengajarkan seharusnya hidup kita hanya dikuasai oleh Tuhan, bukan dikuasai oleh hawa nafsu, oleh pemikiran dunia, oleh tuntutan masyarakat, oleh penilaian orang lain, tetapi oleh Tuhan.
Untuk menegaskan statmentnya, Paulus kembali mengutip bagian Firman Tuhan yang terambil dalam Kejadian 2:24, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: ‘keduanya akan menjadi satu daging’” (1 Korintus 6:16). Maksudnya saudara, orang yang menjerumuskan dirinya kepada perempuan pelacur, ia bukan hanya telah merampas apa yang menjadi milik Tuhan, tetapi sesungguhnya ia telah mengikatkan dirinya dengan sebuah ikatan baru di luar Tuhan.
Apakah Tuhan menciptakan seks untuk mengacaukan rumah tangga manusia? Atau untuk menghancurkan dunia? Jawabannya adalah “tidak.” Kejadian 1 dan 2 justru mencatat bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan sungguh amat baik. Allah sendiri mengatakan “tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja” (Kejadian 2:18). Dan di dalam kejadian 2:24 merupakan pernikahan manusia pertama yang sangat terhormat yang pernah terjadi. Mengapa saudara? Sebab Allah sendirilah yang langsung menanganinya sejak awal. Inilah pernikahan yang diciptakan dalam keadaan tanpa dosa.
Lagi pula laki-laki dan perempuan memiliki keinginan yang datang dari dirinya sendiri, khususnya keinginan seks. Setiap orang bergumul dengan keinginan ini. Kalau keinginan ini tidak ditaklukan, ia akan melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia akan melahirkan maut yang pada akhirnya merusak relasi kita dengan Allah (Band. Yakobus 1:14-15).
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Perbuatan tersebut membawa dampak terhadap kehidupan pernikahannya, karena ketika ia bersatu dengan orang yang ia berbuat cabul, berarti ia membatalkan ikatan pernikahan yang sah yang ia ikrarkan di hadapan Tuhan. Maka dalam Matius 19:9: Tuhan Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu: ‘barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah” Ungkapan “kecuali karena zinah” menjelaskan, tidak ada satu hal pun yang dapat membatalkan pernikahan Kristen yang sudah dipersatukan oleh Tuhan, kecuali karena zinah. Itulah sebabnya kita harus menjauhkan diri dari percabulan dan perselingkuhan.
Jadi bagaimanakah kita dapat menaklukan seks? Ingatlah bahwa seks adalah anugerah Tuhan, itu pemberian Allah. Seks diciptakan Allah bukan untuk kepuasan pribadi, sebab tubuh kita sudah ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus dengan darah-Nya (1 Korintus 6:20). Lagipula, keindahan seks tidak bisa di dapat dengan cara merebutnya dari seseorang. Sebaliknya keindahan seks dialami seseorang ketika ia memberikan dirinya untuk pasangan hidupnya. Dengan demikian, suami isteri dapat mengucapkan terima kasih kepada Tuhan saat menikmati seks. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh seseorang di luar pernikahan. Seks di dalam pernikahan dapat membangun suatu hubungan yang akan membawa sukacita di masa yang akan datang. Tetapi seks di luar pernikahan pada dasarnya hanya akan melemahkan hubungan di masa yang akan datang, yang akan membawanya pada tingkat bersalah sepanjang umurnya, jika tidak segera ditangani.
Sidang jemaat yang kekasih,
Kristus mati bukan untuk menyelamatkan sebagian kecil dari seorang manusia, melainkan untuk menyelamatkan manusia secara utuh, tubuh dan jiwa. Kristus menyerahkan hidupnya untuk memberikan kepada manusia, jiwa yang sudah ditebus dan tubuh yang bersih. Oleh karena itu tubuh seorang manusia bukanlah milik manusia itu sendiri untuk melakukan apa saja yang ia inginkan; tubuh itu milik Kristus dan ia harus menggunakannya, bukan untuk kepuasan nafsu-nafsunnya sendiri, melainkan untuk kemuliaan Kristus.
Masalah makanan dan seksual selalunya menjadi dua hal yang paling mendominasi urusan fisik tubuh kita. Dan Paulus telah menyajikan suatu kontras filsafat kenikmatan dengan prinsip-printip kekristenan. Inilah etika Kristen, dan pastinya etika Kristen tidak akan bertolak belakang dengan pengajaran Alkitab.
Jadi apakah kenikmatan itu salah? Jawabannya adalah tidak! Orang Kristen bukanlah orang-orang yang menyiksa diri dan menjauhkan diri dari kenikmatan apa pun. Sebab orang-orang Kristen memiliki pandangan yang paling tepat terhadap kenikmatan karena tidak diikat oleh kenikmatan itu sendiri. Pada waktu kita terikat, sesungguhnya kita telah kehilangan kenikmatan itu. Hidup kita boleh dan bahkan harus memiliki kenikmatan sehingga dapat memuliakan Tuhan dengan menikmati Dia. Orang yang menikmati Tuhan adalah orang yang dapat memuliakan Tuhan dengan benar. Bagaimanakah seorang dapat memuliakan Tuhan jika ia tidak pernah merasakan berkat dan kasih Tuhan atas dirinya? Yang memuliakan Tuhan akan mengalami kenikmatan dan yang mengalami kenikmatan akan terus terdorong untuk memuliakan Tuhan.
Yang terakhir, kita harus ingat bahwa Tubuh kita sudah dibayar lunas oleh Kristus. Dalam 1 Korintus 6:20, Paulus berkata: “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas di bayar.” Dalam hal ini kita perlu memperhatikan, bahwa ketika seseorang menerima Kristus, ia melepaskan hal pribadi atas tubuhnya dan mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan vitalitas bersama dari bait Allah secara keseluruhan, yaitu Allah. Sebab Allah Bapa menciptakan tubuh kita; Allah Anak menebusnya dan menjadikannya bagian dari tubuh-Nya. Yesus Kristus telah membeli kita dengan harga yang mahal (ayat 20). Pertanyaan saya, kira-kira Yesus membayar lunas terhadap siapa? Terhadap Iblis? Tidak! Yesus tidak pernah berhutang kepada Iblis. Yesus membayar lunas terhadap Bapa yang telah mengutusnya. Jadi saudara, Yesus telah membayar lunas hutang dosa kita dengan menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib. Karena Yesus sudah membayar lunas, maka sekarang kita adalah milik Kristus yang sah. Maka dalam 1 Korintus 7:23, Paulus mengingatkan pembacanya: “kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba dosa.” Demikian pula dalam Galatia 5:1, Paulus berkata: “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.”
Tidak ada sesuatu pun di dunia ini adalah buatan manusia itu sendiri. Seorang Kristen adalah seorang manusia yang tidak berpikir tentang hak-haknya melainkan tentang hutang-hutangnya. Dia tidak akan dapat melakukan sesuatu sesuka hatinya, karena dia tidak pernah memiliki dirinya sendiri; dia harus selalu melakukan apa yang Kristus inginkan, karena Kristus telah membelinya dengan nyawa-Nya sendiri.
Dengan demikian, saudara. Orang yang kudus adalah orang orang yang menjawab “ya” terhadap kehendak Tuhan, dan bukan hanya “tidak” terhadap dosa. Hiduplah secara positif dan muliakan Tuhan dengan segenap anggota tubuhmu. Kenikmatan melampiaskan nafsu hanya berlangsung sesaat saja, tetapi akibatnya seringkali menjadi penderitaan bertahun-tahun. 
Karena itu penting bagi kita untuk “memuliakan Allah dengan tubuh” (1 Korintus 6:20). Maka dengan mengerti pentingnya tubuh kita di hadapan Tuhan, kita akan dapat memelihara tubuh kita dengan sebaik-baiknya. Biarlah kita memakai tubuh kita ini untuk memuliakan nama Tuhan, supaya melalui tubuh kita, nama Tuhan dipuji dan ditinggikan. Amin.

Minggu, 01 Januari 2017

DASAR YANG TEGUH

DASAR YANG TEGUH
Lukas 6:46-49


Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan.
Apa yang menyebabkan sebuah bangunan kokoh berdiri? Salah satu contoh sejarah yang masih dapat kita saksikan dari tujuh keajaiban dunia, adalah menara Pisa yang berada di Italy. Pada saat bangunan ini didirikan tahun 1173 hingga sekarang, sudut kemiringannya sudah mencapai 450. Dan anehnya walaupun setiap tahun menara ini bertambah miring, namun bangunan ini tetap kokoh berdiri walaupun cuaca buruk banyak menimpanya?
Satu alasannya karena bangunan ini memiliki dasar yang kokoh. Dasar yang memiliki daya cengkram kuat yang mampu menopang bangunan yang ada di atasnya.
Sama halnya dengan kisah yang kit abaca pada pagi hari ini. Pada saat Yesus mengisahkan tentang sebuah bangunan, seringkali perkataan Yesus mempunyai latar belakang dalam Perjanjian Lama. Mungkin latar belakang perumpamaan yang diucapkan Yesus adalah seperti dalam Yehezkiel 13:10-16, dimana disebutkan suatu tembok yang runtuh sebab hujan lebat yang membanjir dan angin topan yang bertiup
Namun terlepas dari tafsiran ini, kita melihat bahwa apa yang dikatakan oleh Yesus tentang hal mendirikan bangunan adalah suatu hal yang relevan dan masuk akal sampai saat ini. Dan inilah yang menjadi pelajaran penting bagi seorang yang ahli bangunan. Ia harus memiliki perhitungan yang mantap bagaimana sebuah bangunan akan dididirikan.
Saudara, untuk mendapatkan sebuah bangunan yang kokoh berdiri, bukan hanya dibutuhkan bahan-bahan yang terbaik sebagai pembuat dinding dan atap. Tetapi yang terpenting juga adalah sebuah pondasi yang kuat. Sebab melalui pondasi inilah akan menopang seluruh bangunan yang dibangun di atasnya. Satu kesalahan saja dalam mempertimbangkan sebuah dasar bangunan, maka dalam sekejap bangunan itu akan roboh oleh cuaca.
Sama halnya dengan sebuah bangunan, iman seseorangpun perlu memiliki dasar yang kokoh agar ia dapat bertahan terhadap gelombang persoalan hidup.
Melalui perikop yang kita baca ini, saya mengajak kita untuk merenungkan bagaimana memiliki dasar yang teguh? Ada 2 hal yang perlu kita perhatikan pagi hari ini:

1.  Milikilah Hikmat Kebijaksanaan
Saya tertarik dengan apa yang dijelaskan dalam Matius 7:24 bahwa “setiap orang yang mendengar perkataanKu ini – perkataan Yesus - dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana…rupanya di dunia ini banyak orang pintar tetapi sedikit orang yang bijaksana.
Hari ini kita belajar satu hal, dimana Tuhan tidak menuntut supaya kita pintar. Karena kepintaran tidaklah menjamin seseorang dapat hidup lebih baik. Akan tetapi yang Tuhan tuntut dari kita adalah milikilah hikmat kebijaksanaan.
Kuncinya ada pada belajar untuk mendengarkan suara Tuhan dan berusahalah melakukan setiap firmanNya. Orang yang mampu melakukan kedua-duanya adalah orang yang bijaksana.
Sebaliknya Yakobus pernah menasi-hatkan kepada kita tentang hal ini dalam Yakobus 1:22 “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.”
Di sini kita melihat ada dua hal yang kontras yang menjadi tantangan kita, sebagai orang percaya: menjadi orang bijaksana atau menjadi seorang penipu? Ketika kita belajar mendengarkan dan melakukan setiap firman maka kita dikatakan sebagai orang yang bijaksana. Sebaliknya ketika kita mendengarkan firman Tuhan tetapi tidak mau melakukannya, maka kita dikatakan sebagai seorang penipu.
Saudara jika pertanyaan ini ditujukan kepada kita sekalian, mana yang Bapak Ibu pilih? Saya yakin semua Bapak/ ibu yang ada disini setuju dan mau dikatakan sebagai orang-orang yang bijaksana.
Untuk itu marilah kita memintanya kepada Tuhan. Dan kita akan dapat benar-benar menjadi orang yang bijaksana, asalkan kita mau belajar mendengarkan sungguh-sungguh setiap firman yang kita dengarkan. Dan kitapun sungguh-sungguh mau melakukannya dalam kehidupan kita.

2. Belajarlah Setia pada Firman Tuhan
Sidang Jemaat yang kekasih
Untuk dapat memiliki iman yang kokoh dalam hidup, tidaklah cukup hanya dengan mendengar firmanNya dan memanggil Dia “Tuhan”. Kita juga harus menaati setiap apa yang diperintahkanNya bagi kita. Untuk itu setiap orang yang mendengar pengajaranNya haruslah melakukannya dengan setia di dalam hidupnya.
Mengapa setia, karena kesetiaan inilah yang akan membuktikan ketaatan kita kepada Tuhan. Kesetiaan menjadi bukti kita mau melakukan setiap firman itu kapan saja dan dimana saja.
Artinya kita bukan hanya mau melakukan hal-hal yang menguntungkan diri kita. Hal-hal yang manis didengar. Hal-hal yang baik-baik saja.
Tetapi juga hal-hal yang mungkin bisa terjadi, kita setia melakukan hal-hal yang sulit dalam hidup kita. Seperti halnya mengampuni sesama, ataupun seperti tema kita bulan ini, menjalankan saat teduh kita setiap hari.
Injinkan saya bertanya, berapa banyak di antara kita yang memanfaatkan waktu teduh kita bersama Tuhan, walaupun itu hanyalah 10 menit dalam sehari?
Saudara,
Saya menyadari, untuk menjalankan saat teduh bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak tantangan dan cobaan harus kita lalui untuk dapat melakukannya. Apalagi bagi Bapak Ibu yang memiliki kesibukan yang padat.
Saya sendiri punya pengalaman tentang hal ini. Ketika pelayanan saya mulai padat, ketika pekerjaan bertambah banyak, saya lupa mengisi waktu teduh saya bersama keluarga. Dan apa yang terjadi, saya merasa hari-hari yang saya lalui seakan-akan kosong, saya tidak dapat lagi menghargai hari yang saya lalui saat itu dan akhirnya menjadi sesuatu yang rutin.
Kehidupan yang seperti ini bukanlah kehidupan yang enak dan membawa berkat. Tetapi kehidupan yang membosankan. Sebaliknya, ketika saat teduh itu mulai dijalankan, ada sesuatu yang baru, semangat baru, yang dapat menggairahkan kehidupan saya sekeluarga. Dimana kami belajar untuk senantiasa bersyukur atas karya Tuhan dalam kehidupan kami.
Jemaat yang mengasihi Tuhan
Jika Kristus ada di dalam hati kita, maka mulut kita senantiasa penuh dengan ucapan syukur. Jika kita berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, maka buah-buah kita akan baik dan rumah kita pun akan berdiri teguh pada saat badai menerpa hidup kita.
Seperti halnya pohon yang berada dalam terpaan angin. Semakin tinggi pohon, maka semakin besarlah goncangannya. Pada saat angin keras atau badai datang menerpa, maka pohon yang tinggi akan lebih mudah terombang-ambing kesana-kemari daripada pohon yang rendah. Tetapi mengapa pohon yang tinggi itu tetap kokoh berdiri? Karena akar pohon itu menancap cukup dalam ke dalam tanah.
Demikianlah kehidupan kita. Jika kita ingin memiliki dasar yang teguh dalam iman kita, akar iman kita harus kita tancapkan dalam Tuhan. Sehingga pada saat badai kehidupan itu datang menerpa, kita tidak akan tumbang walaupun goncangan itu sempat membawa kita oleng.
Sidang jemaat yang kekasih.
Sepanjang tahun 2016 mungkin ada kegagalan-kegagalan yang pernah kita lakukan. Ada komitmen-komitmen yang belum sempat kita jalankan untuk Tuhan. Kita mungkin mengalami saat teduh yang bocor.
Untuk itu menyambut bulan SATE ini, marilah kita lebih giat lagi mempersiapkan bangunan iman kita di hadapan Tuhan, dengan tekad baru untuk bersaat teduh dengan-Nya. Tahun 2017 merupakan tahun misteri bagi setiap orang. Tidak ada yang tahu 2017 akan terjadi apa pada hidup kita, namun satu hal yang pasti, ketika kita memasang dasar yang kokoh di dalam Kristus, badai hidup apapun yang akan melanda kehidupan kita, Tuhan akan memberikan kesanggupan untuk menghadapinya.
Dasar untuk semua hal ini adalah iman secara pribadi yang menyelamatkan kepada Tuhan Yesus Kristus. Seperti perkataan yang pernah diucapkan oleh Dr. H.A Ironside, kita tidak dapat menjalani kehidupan tanpa terlebih dahulu memilikinya. 
Untuk itu mintalah kepada Tuhan hidup yang lebih bijaksana dan setialah dengan apa yang telah Tuhan firmankan kepada kita. Sehingga tahun 2017 kita awali dengan langkah pasti menuju pertumbuhan iman kita. Selamat berjuang dalam saat teduh kita. Tuhan Yesus memberkati. amin

PERAN KRISTUS SEBAGAI RAJA

PERAN KRISTUS SEBAGAI RAJA
Yesaya 9:5-6; Matius 1:20-23


Sidang jemaat yang kekasih di dalam Tuhan,
Mengakui Yesus Kristus sebagai Raja tentunya bukanlah sebuah hal yang mudah untuk diterima dalam hidup dan pikiran setiap manusia. Mengapa? Karena Yesus menampilkan diri bukan sebagai sosok raja yang ideal, sebagaimana yang diidam-idamkan manusia pada zamanya. Ia tidak bisa menaklukkan kaisar Romawi sebagaimana yang diharapkan para pengikut-nya. Dia tidak seperti Titus Domitianus yang menguasai Kekaisaran Romawi selama 15 tahun atau seperti adolf Hitler yang menjadi ketua partai Nazi telah mengakibatkan kematian sekitar 50 juta orang selama Perang Dunia II, termasuk 6 juta kaum Yahudi. Sebaliknya saudara, Yesus tampil dengan teramat sederhana. Kehidupan-Nya jauh dari hitungan sebagai seorang penguasa.
Lagi pula, pengakuan-Nya sebagai Raja tidak secara terang-terangan disampaikan Yesus kepada murid-murid-Nya. Pernyataan-Nya muncul saat ia berada di ruang interogasi, ketika Ia digelandang oleh serdadu Romawi yang berkolusi dengan petinggi Yahudi. Saat itu Ia dituduh telah bertindak makar terhadap otoritas kekaisaran Romawi (Yohanes 18:33-37). Tetapi justru di tempat inilah dengan gamlang Tuhan Yesus berkata: “Engkau mengatakan bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran, Setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku” (Yohanes 18:37).
Saudara, rupanya konsep raja dalam pemahaman Pilatus, yang mewakili manusia pada umumnya sangat berbeda dari apa yang Yesus perankan. Bukan hanya berbeda melainkan bertolak belakang. Sangat paradox. Konsep raja yang ada dalam benak Pilatus adalah seorang penakluk. Sedangkan Yesus mengatakan bahwa diri-Nya adalah raja yang memberi kesaksian tentang kebenaran. Inilah bagian yang sangat hakiki dari misi Yesus di dalam dunia, yaitu memberikan kesaksian tentang kebenaran serta mengarahkan orang kepada-Nya.
Kesaksian itu dilakukannya melalui segala aspek kehidupannya. Raja yang rela menderita, yang mengajarkan bagaimana melayani, memperlakukan orang lain lebih utama. Dia adalah raja yang meneladankan pengampunan. Hidup-Nya menggambarkan cinta kasih Bapa yang sejati. Kerajaan-Nya adalah kerajaan kebenaran dan Dia benar-benar layak dinobatkan sebagai Raja seluruh ciptaan Allah. Yesus berperan sebagai Raja rohani yang memerintah kerajaan-Nya dan mengatur atas gereja dan umat-Nya. Yesus mengatur segalanya agar umat-Nya mendapatkan keselamatan dan mendapat tempat di mata Tuhan. Karena itu Yesus adalah Raja yang menaklukkan hati manusia.
Sekarang yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah bagaimana Yesus menjalankan fungsinya sebagai raja bagi kita?
Dalam Yesaya 9:5-6 telah dijelaskan bagaimana nubuatan tentang akan datangnya Mesias dinyatakan. Pengharapan Mesianis di Israel ini merupakan lanjutan dan sekaligus klimaks dari berita “Imanuel” yang dijelaskan dalam pasal 7:14. Pada bagian ini dikatakan: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya.
Apa maksud dari kalimat ini?
Ayat ini ingin menjelaskan kepada kita bahwa pesan ini mengandung sebuah kepastian. Bahwa datangnya Mesias secara sempurna akan segera digenapi. Dan melalui kelahiran Yesus Kristus di kota Betlehem menjadi sebuah bukti bahwa Juruselamat itu telah lahir (Lukas 2:11). Saudara, coba perhatikan, Kristus yang dilahirkan dan diberikan untuk kita merupakan dasar yang kuat bagi segala pengharapan kita, dan sumber dari segala sukacita kita, dimasa-masa yang teramat menyedihkan dan menakutkan.
Ia tidak hanya akan memakai lencana pemerintahan itu di atas bahu-Nya, tetapi juga akan menanggung bebannya. Bapa akan menyerahkan tanggung jawab itu kepada-Nya, sehingga Ia akan memiliki hak yang tidak dapat disangkal untuk memerintah. Dan Ia akan menjalankannya, sehingga tidak ada keraguan lagi bahwa Ia akan memerintah dengan baik, sebab Ia akan memberikan bahu-Nya untuk itu, dan tidak akan mengeluh karena beban yang terlalu banyak.
Penyataan Allah di dalam Alkitab ini begitu jelas tentang siapakah Yesus Kristus. Ia lahir bukan tanpa nubuatan yang jelas. Siapakah manusia di dunia ini yang lahirnya telah dinubuatkan ratusan tahun sebelumnya, selain daripada Yesus Kristus. Yang kelahirannya setidaknya menggenapi lebih dari 8 nubuatan: Bahwa Ia Dilahirkan dari seorang perawan (Yesaya 7:14 digenapi dalam Matius 1:18, 24-25; Lukas 1:26-35), Dilahirkan dari keturunan Abraham (Kejadian 12;2-3 digenapi dalam Matius 1:1; Galatia 3:16), Dilahirkan dari Suku Yehuda (Kejadian 49:10; Mikha 5:1 digenapi dalam Lukas 3:23, 33; Matius 1:2),  Dari garis keturunan Isai (Yesaya 11:1, 10 digenapi dalam Lukas 3:23, 32; Matius 1:2, 5-6), Dilahirkan di Betlehem (Mikha 5:1 digenapi dalam Matius 2:1; Yohanes 7:42), Diberi persembahan (Mazmur 72:10; Yesaya 60:6 digenapi dalam Matius 2:1, 11), Dia disebut Tuhan (Mazmur 110:1; Yeremia 23:6 digenapi dalam Lukas 2:11), Ia dinamakan Imanuel (Yesaya 7:14 digenapi dalam Lukas 7:16), Dia adalah raja (Mazmur 2:6; Yeremia 23:5 digenapi dalam Matius 21:5).
Namun demikian saudara, dalam keadaanya sebagai manusia, kelahiran Yesus tidak ditandai oleh bunyi sangkakala sebagaimana lazimnya dilakukan di setiap istana sang Kaisar, Tetapi kelahiran-Nya adalah kelahiran yang paling agung yang tercatat di dalam sejarah umat manusia.
Bahkan Herodes, sang raja, yang kepadanya telah disampaikan berita kelahiran raja baru, Ia tidak mau bersusah-susah pergi untuk melihat keajaiban tersebut yang hanya berjarak sekitar lima mil saja. Begitu juga dengan kaum Farisi, tidak juga dengan para juru tulis, tidak juga dengan kaum Saduki, tidak juga dengan para pemuka agama dari bangsa itu. Inilah bukti dari kesederhanaan-Nya.
Kesederhanaan-Nya berlanjut ketika Ia harus bekerja diperbengkelan tukang kayu, dimana tiap-tiap hari Ia menghabiskan waktunya membantu Yusuf ayah-Nya, karena itulah mereka menyebut-Nya sebagai anak tukang kayu.
Kemudian di dalam sisi kemanusiaan-Nya kita melihat, bagaimana Ia diperkenalkan dengan ujian rasa lapar, godaan di taman Getsemani hingga menjalani penderitaan yang begitu rupa hingga di bukit Kalvari di mana mereka memakukan-Nya ke kayu itu dan kemudian Dia wafat.
Saudara, Yesus yang telah dijanjikan Tuhan kepada kita memiliki kemampuan yang melakukan banyak kebaikan bagi kita. Sebab Ia dikaruniakan dengan kehormatan dan kekuasaan tertinggi sehingga kita yang menerimanya, tidak bisa tidak bersukacita. Inilah kabar gembira bagi kita.
Seluruh kejelasan ini bertujuan agar kita dapat dengan yakin percaya bahwa Ialah Mesias yang dijanjikan Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita. Dia diberikan dengan cuma-cuma, untuk menjadi segala sesuatu bagi kita, seperti yang dituntut oleh keadaan kita yang sudah jatuh. Begitu besarnya kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal, bukan untuk para malaikat yang telah berdosa, melainkan untuk kita, umat manusia yang sudah jatuh.
Berbicara tentang tujuan kelahiran-Nya adalah agar kita yang hidup di dalam kegelapan dosa menerima terang keselamatan. Allah menjanjikan Mesias yang akan membawa pengharapan bagi umat-Nya. Kedatangan-Nya membuka babak baru dalam hidup umat-Nya. Manusia yang dikuasai kegelapan dosa, kini melihat terang yang besar yang mengenyahkan kegelapan. Kedatangan-Nya mengubah kedukaan yang mencekam menjadi sukacita besar. Ia membuat manusia lepas dari belenggu dosa dan memberikan damai sejahtera yang mampu mengeyahkan perang dan perseteruan.
Melalui Yesaya 9:5 ini setidaknya ada empat nama yang sangat penting yang menandakan Yesus Kristus sebagai Raja, dikatakan: …dan namanya disebutkan orang: Penasehat Ajaib, Allah Yang Perkasa, Bapa Yang Kekal, Raja Damai.”
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Pertama, Ia disebut dengan Penasihat Ajaib, sudah sewajarnya Ia disebut ajaib, karena Ia adalah Allah sekaligus manusia. Kasih-Nya yang ajaib dan membuat takjub paa malaikat dan orang-orang kudus yang sudah dimuliakan. Mesias sendiri akan menjadi keajaiban adikodrati dimana Ia dipenuhi Roh hikmat ilahi yang melebihi segala kebijaksanaan dunia atau manusia, karena Roh Tuhan ada pada-Nya (Band. Yesaya 11:2). Dalam rencana-rencana-Nya dan nasihat-nasihat-Nya yang tiada taranya di antara manusia, Dia mengajar dengan penuh kuasa. Dia adalah hikmat itu sendiri yang diutus oleh Allah Bapa untuk melaksanakan tugas keselamatan Allah. Hanya di dalam Kristus kita bisa memperoleh bijaksana. Sekarang Bijaksana itu datang melalui bayi yang lemah lembut.
Kedua, Ia disebut Allah yang Perkasa, Di dalam Mesias, seluruh kepenuhan ke-Allahan akan berdiam secara jasmaniah. Aspek pribadinya ini tidak dapat dipisahkan dari gambaran yang mendahuluinya. Jadi ada korelasi antara hikmat, keperkasaan dan kuasa. Dia menghadap tugas yang sangat berat dan besar untuk keselamatan manusia. Karena itu tepatlah jika Yesus disebut pahlawan Ilahi (Keluaran 15:3).
Ia disebut sebagai Bapa yang Kekal, Ia bukan hanya datang untuk memperkenalkan Bapa sorgawi, tetapi Ia sendiri adalah Allah, satu dengan Bapa, yang berasal dari kekal sampai kekal. Dia adalah pencipta kehidupan dan kebahagiaan kekal bagi mereka, akan bertindak terhadap umat-Nya secara kekal bagaikan seorang Bapa yang penuh belas kasihan. Karena itu saudara pemerintahan-Nya bukan berdasarkan pada kekerasan dan pedang, tetapi berdasarkan kasih seorang Bapa terhadap anak-anak-Nya (Band. Yesaya 22:21), maka Dia akan memerintah dan memelihara bangsa itu dengan kasih setia-Nya yang kekal. Dia adalah pribadi kedua dari Allah tritunggal. Dia adalah Bapa yang kekal, sumber kekekalan yang mampu memberi hidup kekal kepada manusia.
Dan yang terakhir Ia disebut sebagai Raja Damai. Kata “damai” dalam bahasa Ibrani adalah “syalom”, yang memiliki arti yang luas dan mencakup seluruh bidang atau aspek kehidupan. Ini berarti keadaan hidup yang penuh damai sejahtera, yang utuh dan serasi (harmonis) dan lengkap. Ini merupakan klimaks yang ideal di bawah pemerintahan Raja Syalom, baik secara nasional maupun internasional. Bahwa Raja Damai akan membawa damai dengan Allah, seluruh umat yang percaya kepada-Nya melalui pembebasan dari dosa dan kematian.
Selanjutnya dikatakan bahwa Raja Damai itu memerintah di atas tahta Daud. Hal ini berarti bahwa Ia adalah Raja yang sah dan legal, yang diharapkan dan diciptakan. Berbeda dengan Ahas, Raja itu akan memerintah dengan hikmat ihali dalam kebenaran dan keadilan”, sesuai dengan hukum-hukum Allah. Allah sendiri telah bekerja untuk mewujudkan semua ini: Tuhan semesta alam, yang memiliki segala kuasa ditangan-Nya dan semua makhluk siap sedia melayani-Nya, akan melakukan hal ini, akan menjaga tahta Daud sampai Raja Damai ini diam di dalamnya. Yesus datang sebagai Raja yang memperbaharui kerajaan Daud – bukan sebagai raja di dunia ini, namun sebagai Raja di setiap hati umat manusia dan juga menjadi raja di dalam Kerajaan Sorga.
Besar kekuasaanya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas tahta Daud dan di dalam kerajaan-Nya, karena Ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan Tuhan semesta alam akan melakukan hal ini.
Dengan demikian, Natal bukanlah perayaan ulang tahun Yesus Kristus, melainkan sebuah bukti sejarah tentang kedatangan Yesus ke dunia yang memberikan pengharapan kepada manusia yang berdosa. Perhatikanlah, mereka yang diselamatkan Yesus diselamatkan dari dosa mereka, dari kesalahan karena dosa melalui karya kematian-Nya, dari kuasa dosa melalui Roh kasih karunia-Nya. Dengan menyelamatkan mereka dari dosa, Ia menyelamatkan mereka dari murka dan kutuk, serta dari semua kesengsaraan di dunia ini maupun di alam baka. Kristus datang untuk menyelamatkan umat-Nya bukan di dalam dosa mereka, melainkan dari dosa mereka, untuk membayar lunas bagi mereka, suatu kebebasan bukan untuk berbuat dosa, melainkan kebebasan dari dosa, untuk membebaskan mereka dari segala kejahatan (Titus 2:14).
Dengan demikian, Ia menebus mereka dari antara manusia (wahyu 14:4) bagi diri-Nya, yang terpisah dari orang-orang berdosa. Keselamatan umat adalah anugerah Allah semata-mata. Keselamatan membalikkan situasi gelap yang meliputi umat Tuhan, menjadi terang besar. Keselamatan ang dikerjakan-Nya mempertemukan Allah dan manusia. Inilah yang telah dirancang-Nya untuk membawa Allah menyertai kita, yang merupakan sukacita besar bagi kita dan untuk membawa kita agar berada bersama Allah, yang merupakan kewajiban besar kita. Inilah berita Natal yang sesungguhnya, yaitu karya Allah di tengah-tengah hidup manusia, bagi dunia. Karena itu jika Yesus sudah lahir 2000 tahun yang lalu merupakan fakta sejarah yang menyatakan kebenaran Allah, mengapa kita masih ragu dengan keselamatan yang ditawarkan-Nya?
Peran Yesus yang berikutnya adalah Ia datang untuk memerintah dan untuk berkuasa atas segala sesuatu. Allah menyatakan diri dan sifat-Nya dengan cara yang berbeda dari semua agama lain, Ia telah menyatakan bahwa kuasa terbesar adalah menjadi manusia. Yang Mahakuasa telah menyatakan diri di dalam diri seorang bayi yang seolah-olah tidak mempunyai kuasa apapun.
Alkitab menyatakan bahwa Yesus tenang selama 12 tahun. Alkitab menjelaskan bahwa kalimat pertama yang keluar dari mulut Yesus, adalah kalimat yang terindah dan teragung dari seorang anak, “Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Lukas 2:49). Setelah itu Dia tenang kembali selama 18 tahun. Pada usia 30 tahun Dia keluar menyatakan kuasa Allah melalui penyembuhan, pembangkitan orang mati, penyataan mujizat yang tidak pernah dilakukan pendiri agama-agama lain, karena Dia adalah Allah yang Mahakuasa. Demikian pula hal ini dinyatakan kembali oleh-Nya saat Ia akan naik ke sorga, Ia berkata kepada para murid-Nya, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi" (Matitus 28:18).
Bagi Kristus yang telah bangkit dari antara orang mati dan menetapkan baptisan dan memberi kuasa kepadanya, sesudah menundukkan semua malaikat, pemerintah dan penguasa dengan kenaikan-Nya, yang sekarang duduk di sebelah kanan Allah. Sebagai pengantara Kristus juga memiliki kuasa atas musuh-Nya. dan Ia tidak akan berhenti sampai ia telah meletakkan semua musuh-nya di bawah kaki-Nya.
Pada akhirnya, ketika Kristus telah menundukkan gereja-Nya dan semua musuh-Nya, Ia akan memper-sembahkan kedudukan sebagai Raja, jabatan rajawi, kepada Bapa. Dan karya-Nya sebagai pengantara pun selesai. Karya yang diperintahkan Bapa untuk Ia lakukan akan telah digenapi. Allah sendiri kemudian akan menjadi Raja selama-lamanya.
Tidak ada kuasa dunia yang bisa berada selama-lamanya, Tidak ada kerajaan yang berdiri selama-lamanya. Hanya kerajaan Kristus dan kuasa-Nya yang selama-lamanya. Orang Kristen harus mengetahui bahwa ia mempunyai Allah yang kerajaan dan kuasa-Nya untuk selama-lamanya. Pengertian yang demikian membuat orang Kristen bisa berdiri tegak. Maka ketika orang Israel merasa bahwa mereka bisa menegakkan seorang raja, menggeser dari teokrasi kepada demokrasi, mereka salah. Karena itu Allah kembali menegakkan rencana-Nya dengan mendirikan kerajaan Kristus. Kerajaan yang didirikan oleh Kristus sendiri. Oleh sebab itu barangsiapa yang percaya kepada-Nya akan diselamatkan. Barangsiapa menyebut Dia Tuhan, akan diselamatkan. Ia adalah Tuhan, karena Ia adalah Allah.
Yesus Kristus adalah Allah. Mungkinkah seorang bayi disebut Allah dan berkuasa seperti Allah? Meskipun manusia tidak dapat mengerti, tetapi inilah kebenarannya. Allah menyatakan diri melalui cara yang sama sekali berbeda dari pemikiran manusia, Manusia menginginkan Juruselamat yang memiliki kuasa militer, kuasa politik yang besar. Tetapi Juruselamat itu datang melalui bayi yang lemah lembut.
Fakta telah membuktikan kepada kita bahwa Yesus Kristus menerima penyembahan dari manusia, Yesus Kristus tidak berdosa, Yesus Kristus hidup penuh dengan mujizat-mujizat, dan Yesus Kristus mati di kayu salih sebagai tanda kasih-Nya, dan bangkit dari kematian membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah benar-benar Allah yang menjelma menjadi manusia.
Allah adalah Allah yang tertinggi, yang mencipta, yang memelihara dan menguasai. Ia juga adalah Allah yang menguasai dan memberi penghakiman. Allah dengan Kerajaan-Nya menegakkan kerajaan rohani di dalam dunia ini dengan Kristus sebagai Raja di atas segala raja. Kedatangan-Nya yang kedua kali merupakan pengharapan semua orang yang percaya di dalam Tuhan yang berkuasa di atas segala sesuatu dan setia kepada janji-janji dan nubuatan-nubuatan dalam Firman-Nya.
Ketika kita menerima Tuhan Yesus sebagai juru selamat kita, maka kita menjadi satu tubuh dengan Kristus, artinya, kita memiliki Penasihat yang luar biasa, kita juga punya Raja Damai, di mana kita memiliki kedamaian dalam hidup kita. Kita punya Bapa yang baik.
Keseluruhan hidup kita adalah persembahan hidup bagi Allah. Terlebih lagi, dengan meneladani Allah yang memerintah dengan adil, kita juga sudah selayaknya mengerjakan tanggung jawab kita dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan.
Saudara, kita juga harus menyadari bahwa pemilihan Allah bagi setiap kita merupakan suatu anugerah/ kasih karunia dan Allah berkehendak supaya kita menyerahkan diri kita walaupun akan banyak tantangan yang akan kita hadapi di depan, namun dalam anugerah-Nya Ia selalu berjanji akan menyertai kita sampai kepada akhir zaman. Kiranya kebenaran firman Tuhan ini, memberikan kepada kita kekuatan untuk bergantung sepenuhnya kepada Raja alam semesta yang kita kenal di dalam Tuhan kita Yesus Kristus. 
Sehingga di setiap langkah hidup kita, kita dapat melihat rahmat Tuhan yang besar yang memelihara dan mencukupi. Selamat Natal, Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Jumat, 09 Desember 2016

KEHADIRAN YANG MEMBERI MAKNA

KEHADIRAN YANG MEMBERI MAKNA
Lukas 7:11-17


Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan
Tidak ada peristiwa yang sering disebutkan orang sebagai sebuah kebetulan. Kalau kita percaya bahwa Allah adalah yang kekal dan abadi, maka seharusnya tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa terlebih dahulu Ia ketahui. Karena itu saudara, kekristenan tidak mengenal yang namanya kebetulan-kebetulan. Mengapa saudara? Karena semua kejadian yang dialami manusia, tidak akan pernah lepas dari campur tangan Tuhan. Kekristenan percaya bahwa dalam segala hal Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikkan bagi mereka yang mengasihi Dia. Dalam Roma 8:28 dijelaskan: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Sehingga di dalam keadaan apapun yang kita alami, Tuhan tetap peduli terhadap anak-anak-Nya dan Dia sangat tahu dengan apa yang kita alami dalam hidup. 
Saudara, kisah membangkitkan orang mati yang dicatat dalam Lukas 7:11-17 ini, merupakan kisah yang dituliskan secara pribadi oleh Lukas. Kita tidak akan menemukan kisah yang parallel dengan ini baik dalam Matius atau pun Markus.  Yang jelas saudara, mujizat ini terjadi sehari setelah Tuhan Yesus menyembuhkan hamba perwira itu (ayat 11).
Setelah peristiwa penyembuhan hamba seorang perwira di Kapernaum yang sangat luar biasa, Tuhan Yesus bersama-sama dengan rombongannya, mereka pergi menuju ke sebuah kota yang bernama Nain. Satu desa kecil di daratan Yizreel, tepatnya 9.6 km sebelah selatan Nazaret, di pinggir Hermon kecil, dan hingga sekarang kota ini masih bernama Nain.
Kita melihat saudara, bagaimana Tuhan Yesus melakukan inisiatif dengan terlebih dahulu menolong janda yang tengah berdukacita karena anak laki-lakinya yang tunggal telah meninggal. Kita bisa membayangkan bagaimana iring-iringan mayat itu berjalan dari rumah duka menuju ke luar perbatasan, yang pasti kesedihan yang begitu mendalam dirasakan oleh janda ini. Kejadian ini merupakan pukulan yang terberat yang harus dialami ibu janda ini. Betapa tidak saudara, anak satu-satunya yang selama ini menjadi tumpuan harapannya, kini harus pergi meninggalkan dirinya. Mungkin sudah sekian lamanya ia kehilangan suaminya, ia menggantungkan hidupnya kepada anak satu-satunya. Namun siapa yang sangka, kalau hari itu anaknya yang tunggal meninggal lebih dulu. Karena itu janda ini pastinya berdukacita sekali, sebab ia tidak tahu bagaimana nasibnya kelak. Secara fisik mungkin ia tidak lagi kuat untuk bekerja keras, dan kalau pun ia sanggup melakukan suatu pekerjaan, siapa yang bakal menerimanya untuk bekerja? Nasib seorang janda di Timur selalunya menyedihkan, sebab dia tidak mudah memperoleh pekerjaan yang menguntungkan sehingga ia sangat bergantung pada keluarga laki-laki yang paling dekat. Karena itu ia sangat kehilangan dengan kepergiaan anak.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Saya percaya peristiwa ini bukanlah sebuah kisah kebetulan, sebagaimana anggapan banyak orang, mengenai realitas “kebetulan”. Mengapa saudara? Mari kita perhatikan dengan seksama kejadian-kejadian berikut, untuk kita dapat melihat dengan lebih jeli apakah ini yang disebut sebagai sebuah kebetulan ataukah kehendak Tuhan. Pertama, mengenai kejadian kematian anak sulung ini, bagaimana anak muda itu bisa mati pada saat Tuhan Yesus berada disekitar mereka? Kedua, Bagaimana saat itu bisa dipilih sebagai hari untuk penguburannya? Ketiga, mengapa pula Tuhan Yesus mengadakan perjalanan + 51,4 km dari Kapernaum dan tiba pada sore hari di kota Nain tepat pada saat iring-iringan jenazah itu lewat.
Bayangkan saudara kalau seandainya rombongan Tuhan Yesus terlambat sedikit saja tiba di kota Nain, maka orang mati itu pastinya sudah dikuburkan, atau jika rombongan Tuhan Yesus terlalu cepat datang, dan isak tangis keluarga masih begitu dalam di rumahnya, sehingga pastinya tidak seorang pun akan memperhatikan keberadaan Tuhan di dekat mereka. Jadi saudara, di sini kita melihat bahwa Tuhan tahu bagaimana Ia mengatur segala sesuatu; dan rencana-Nya selalu benar hingga Ia dan rombongan bisa sampai pada detik yang tepat. Lagi pula bukan tanpa alasan bagi Lukas untuk menuliskan peristiwa ini secara pribadi untuk di masukkan dalam bagian Injilnya.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Peristiwa mujizat ini merupakan kisah yang kedua dari pelayanan membangkitkan orang mati yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Kisah pertamanya terdapat dalam Matius 9:18-26, tentang seorang anak gadis dari kepala rumah ibadat yang baru mati. Kisah ketiga terdapat dalam Yohanes 11:1-44, tentang Lazarus yang sudah empat hari dalam kubur.
Mujizat membangkitkan orang mati ini disaksikan oleh begitu banyak orang. Hal ini telah terbukti kebenarannya ketika kedua kelompok orang banyak itu berpapasan di pintu gerbang kota yang tidak jauh dari tempat pemakaman. Di sana terdapat kerumunan murid-murid serta orang banyak yang tiap-tiap hari menyertai Tuhan Yesus (ayat 11). Dan kelompok kerabat dan tetangga yang mengantar pemuda yang hendak dikuburkan (ayat 12). Sungguh terdapat perbedaan besar antara rombongan yang mengikuti Tuhan Yesus dengan  rombongan yang mengikuti janda dan anaknya yang telah meninggal. Tuhan Yesus dan murid-muridnya sedang bersukacita dalam berkat Tuhan, tetapi janda ini dan kerabat-kerabatnya sedang meratapi kematian anak satu-satunya, yang selama ini menjadi tumpuan hidupnya. Yang jelas peristiwa ini mempertemukan dua anak tunggal, yang satu hidup tetapi yang ditentukan untuk mati, Dialah Tuhan Yesus. Sedangkan yang satunya telah mati, tetapi ditentukan untuk hidup, dialah anak dari seorang janda.
Peristiwa ini memang luar biasa. Sebab siapakah yang dapat melakukan mujizat ini kecuali Tuhan sendiri? Itulah sebabnya orang banyak yang berdiri di tapal batas kota itu berkata serentak: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita. dan Allah telah melawat umat-Nya” (ayat 16). Jadi di situ terdapat cukup banyak saksi yang menyokong kebenaran mujizat ini, yang memberi bukti tambahan tentang wewenang atau otoritas Ilahi Kristus. Bukti ini lebih besar daripada penyembuhan penyakit-penyakit, karena tidak ada kuasa alam atau sarana apa pun yang mampu membangkitkan orang mati.
Dari sini kita melihat saudara bahwa Tuhan Yesus telah memperlihatkan diri-Nya adalah Mesias sebab Dia telah memperlihatkan diri-Nya adalah penguasa kehidupan. Terlebih lagi Tuhan Yesus telah memperlihatkan sisi lain dari penderitaan yang paling ditakuti oleh manusia yaitu kematian. Bagian ini juga mengingatkan kita bahwa melalui mujizat ini ternyata walaupun dalam pandangan manusia terdapat batasan kebahagiaan, namun di dalam Tuhan kebahagiaan itu tidak akan pernah berakhir.
Cukup menarik saudara, dimana sikap pertama yang diperlihatkan oleh Tuhan Yesus ketika melihat janda itu, adalah “Ia tergerak oleh suatu belas kasihan.” Dikatakan bahwa ketika Tuhan Yesus melihat janda itu maka “tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan” (ayat 13). Jadi fokus dari kisah ini bukan pada orang muda itu, tetapi pada ibunya. Tuhan Yesus pastinya sudah tahu apa yang terjadi sekalipun Ia tidak bertanya tentang penyebab kematian anak muda itu. Ia sudah memperhatikan bagaimana isak tangis ibu janda yang telah kehilangan segala-galanya. Karena itu, ketika melihat iring-iringan kematian, Tuhan Yesus langsung menaruh belas kasihan kepada janda itu. Ia menghiburnya dengan perkataan: “Jangan menangis”, seolah-olah Ia hendak mengatakan, “Aku tak mau melihat engkau menangis karena Aku datang ke dunia untuk membawa sukacita dan damai sejahtera bagi kamu.”
Memang saudara, tidak ada permohonan kepada-Nya untuk perempuan itu, sebagaimana kejadian sebelumnya dalam kisah anak seorang kepala ibadah. Bahkan Ia juga tidak mengucapkan kata-kata yang panjang lebar untuk menghibur janda itu, selain ucapan “jangan menangis.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Perkataan Tuhan Yesus ini, bukanlah sebagai sebuah larangan untuk menangis pada waktu peristiwa dukacita karena kematian orang yang dicintai, tetapi ada rencana lain yang jauh lebih indah yang ingin Tuhan Yesus tunjukan kepada janda ini, yaitu Ia akan membangkitkan anak yang mati itu. Alasan ini memang hanya berlaku bagi janda dalam perikop ini. Namun ada juga alasan umum yang dapat berlaku bagi kita saat ini sedang berdukacita karena kehilangan, yaitu supaya kita jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan (1 Tesalonika 4:13). Jadi saudara, Tuhan Yesus tidak menunggu sampai ada yang meminta-Nya tetapi mujizat ini terjadi karena ada belas kasihan dari Tuhan.
Rasa empati sesama tentu meringankan beban janda tersebut, sebab mereka mengetahui betapa pedihnya hidup yang akan dijalaninya ke depan. Selama ini janda tua ini mengandalkan putranya untuk menjadi penopang hidup di hari tuanya dan kenyataan harus ia terima dimana sekarang anaknya telah mati. Namun saudara, disaat yang tepat Tuhan datang dan menyelamatkannya dari dua dukacita tersebut. Karena itu Ia berkata: “Jangan menangis.
Dari sini kita melihat bahwa belas kasihan Tuhan Yesus terhadap janda ini menunjukkan bahwa Allah merasa kasih dan kepedulian yang khusus bagi para janda atau siapapun yang hidupnya sebatang kara di dunia ini. Sikap kepedulian yang luar biasa ditunjukkan oleh Yesus yang langsung pada tindakan nyata untuk menunjukkan kepeduliaan-Nya kepada orang yang dalam kesusahan.
Dikatakan “Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya dan sedang pada pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” (ayat 14). Perhatikan saudara, Tuhan Yesus berjalan menghampiri usungan yang dibawa rombongan duka. Yang dibawa orang-orang itu bukan sebuah peti, tetapi sebuah keranda mayat. Kemudian “Ia menyentuhnya” ini merupakan tindakan yang jarang ditemui di masyarakat Yahudi, sebab tradisi menyentuh mayat hanya akan membawanya menjadi najis.  Tetapi saudara, Tuhan Yesus tidak merasa diri-Nya akan menjadi najis karena menyentuh usungan mayat, sebab tidak ada yang najis bagi-Nya.
Jadi tindakan ini bukan sekedar untuk menghentikan dan melihat kondisi yang mati, tetapi lebih dari itu, dengan menyentuh keranda mayat mungkin Ia bermaksud untuk menunjukkan bahwa Ia sama sekali tidak menghindari kematian dan kubur, supaya bisa mendapatkan kehidupan untuk kita. karena itu yang terjadi adalah anak itu mendapatkan kehidupannya kembali setelah beberapa waktu mati. Segera sesudah pengusung itu berhenti, kemudian dengan penuh hikmat, sebagai seorang yang memiliki kuasa dan berkuasa atas maut, Tuhan Yesus berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” (ayat 14).
Bapak/ ibu yang kekasih,
Kita melihat, bagaimana Yesus bertindak sebagai Tuhan yang berotoritas atas maut. Tanpa melalui ritual tertentu, Tuhan Yesus hanya memerintahkan agar anak itu bangkit. Dan ketika firman-Nya yang memberi hidup itu disampaikan, jenazah itu pun menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Ada dua bukti tanda kehidupan yang ditunjukkan dalam peristiwa ini: pertama, pemuda itu bangun dan duduk dan kedua, ia mulai berbicara. Ingat saudara bahwa anak muda ini dibaringkan pada sebuah usungan keranda yang terbuka, bukan dalam sebuah peti yang tertutup, jadi pastinya dengan mudah ia bisa bangun untuk duduk. Kemudian dengan penuh lemah lembut, Tuhan Yesus  membawa anak itu dan menyerahkannya kepada ibunya yang sangat berduka.
Sejenak peristiwa kebangkitan mendadak dari mayat itu pastilah sangat menakutkan banyak orang yang hadir karena itu Lukas melukiskannya dengan menyebut semua orang ketakutan. Namun ketakutan yang berikutnya bisa saja karena mereka melihat mujizat yang besar, dimana Yesus berkuasa atas maut, sehingga Ia mampu membangkitkan orang yang telah mati. Bagaimana tidak saudara, orang yang sudah terbujur kaku, tiba-tiba bangun dan duduk atas perintah seseorang. Bagaimana pun juga ketakutan mereka pada akhirnya disusul dengan ungkapan hati yang memuliakan Allah, karena mereka merasakan kehadiran Allah. Mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus menunjukkan bahwa Kristus adalah Tuhan dan itu terlihat dari reaksi yang ditunjukkan oleh semua orang yang ada pada saat itu (ayat 16).
Janda itu pun tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa ia akan menyaksikan mujizat yang seperti ini. Tidak seperti kisah sang perwira yang terlebih dahuklu mengajukkan permohonan. Jadi peristiwa ini terjadi murni karena belas kasihan Tuhan Yesus yang memberikan pengharapan besar.
Rasaya tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk tersebarnya berita tentang mujizat ini. Peristiwa ini mendorong orang-orang untuk bersemangat bertemu dengan Tuhan Yesus dan orang banyak itu pun mengikuti Dia. Dikatakan: “Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya” (ayat 17).
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan
Dalam kehidupan ini, rasa-rasanya tidak ada yang lebih indah selain daripada mengenal dengan baik kasih Tuhan dalam kehidupan kita. Kita dapat menjalani kehidupan dengan sukacita, karena kita menyadari penyertaan dan pemeliharaan Tuhan.
Setiap kejadian yang dirasakan dalam kehidupan kita, semuanya ada dalam pengetahuan Tuhan, jadi tidak ada yang namanya “kebetulan”. Karena itu kita juga tak perlu merasa “galau,” jika sesuatu yang tidak terduga menimpa kita, sebab tidak ada yang kebetulan terjadi di dalam kehidupan kita. Sebab, kita tahu bahwa Allah yang kita kenal dan sembah itu selalu ada di samping kita menghadapi aneka persoalan kehidupan.
Karena itu biarlah melalui renungan khotbah ini, kita diingatkan bahwa ketika kita datang kepada Yesus dan sujud menyembah Dia, Dia mau mendengarkan segala keluh kesah, mau mendengarkan segala masalah yang dihadapi dan mau mendengar segala seruan kita. Penyakit yang diderita akan disembuhkan-Nya, jalan buntu yang dihadapi akan diberikan jalan keluar, yang berbeban berat akan diberikan kelegaan dan sukacita. Karena Tuhan mau peduli dan menolong kita yang datang sujud menyembah Dia. 
Hari ini biarlah kita juga diyakinkan kembali akan kasih Tuhan yang jauh daripada hidup kita. Kehadiran-Nya selalunya memberi makna, sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya dapat merespon setiap kejadian dengan tetap percaya. Yang walaupun kita tidak melihat-Nya secara kasat mata, namun Allah akan terus berkarya dan bekerja di tengah-tengah kehidupan orang-orang yang selalu berharap akan Tuhan dan yang setia akan Firman-Nya. Amin.